Hedonisme, Kehidupan Kota

hedonisme

“Yes, TID turun bisa hedon nih!!” Kalimat yang pernah dilontarkan salah satu temanku.

Setiap orang memunyai pandangan yang berbeda- beda. Dan tulisan ini murni just my opinion bukan bermaksud apa-apa 😀

Hedonisme. Sebuah kata yang belum lama aku kenal beberapa bulan ini. kalau kata temen-temenku sih hedon itu menghabiskan uang untuk bersenang-senang. Namun, arti yang sesungguhnya aku kurang tahu, masih dalam tahap searching.

Aku bingung dengan mereka, yang menyebut-nyebut hedon. Oh jadi beginikah kehidupan kota dengan tanpa dosa bersenang-senang dan hidup mewah, membelanjakan uang yang mereka punya untuk kesenangan pribadi. Aku fikir apa yang ada di sinetron tv itu hanyalah sebuah drama yang hanya diskenario saja. Tapi, ternyata memang benar itulah kehidupan kota yang sesungguhnya.

Sekarang aku hidup di lingkungan yang mana kata hedon itu lebih akrab di telingaku. Ini adalah sebuah ujian yang berat bagiku untuk tidak ikut dan terjerumus kedalamanya. Bagaimana tidak tiap bulan aku dapat uang untuk keperluan kuliah, ujian terberat adalah teman-temanku yang sering mengajakku bersenang-senang untuk bergabung bersama mereka. Maaf bukan apa-apa, tapi aku fikir bermewah-mewahan belanja dan nongkrong di mall itu hal yang tidak penting dan tidak ada manfaatnya.

Mari kita berfikir kembali. Negara lah yang tiap bulan memberi uang kepada kita melalui beasiswa. Dan uang itu berasal dari pajak rakyat. Rakyat. Yaa rakyat yang mana sebagian besar rakyat di Negara kita ini adalah rakyat ekonomi menengah kebawah, mulai dari penjual sayur, petani, nelayan, tukang becak, sopir, dll. Mereka susah payah bekerja hanya untuk menyambung hidup mendapatkan sesuap nasi. Masih ditambah lagi dengan uang pajak yang harus mereka bayar ke negara. Dan uang tersebut diberikan ke kita melalui beasiswa supaya kita bisa sekolah pinter sehingga bisa memanjukan Negara kita terutama rakyat ekonomi menengah ke bawah. Tapi apa nyatanya, uang yang didapatkan hanya untuk kesenangan pribadi.

Tak berfikirkah kita, orang diluar sana yang masih kesulitan mencari nafkah, kesulitan membayar uang sekolah. Jika pun kita memang belum bisa memberikan timbal balik kepada mereka setidaknya kita tak menyusahkan orang lain. Betapa bangganya orang tua yang anaknya sudah bisa hidup mandiri dengan beasiswa tanpa meminta kiriman orang tua tiap bulannya. Yang mana orang tua bekerja keras tak hanya untuk kita tapi juga untuk adek-adek kita. Syukur-syukur jika kita menyisihkan uang kita untuk dishodaqohkan kepada kaum yang kurang mampu, fakir miskin, anak yatim piatu, dll. Semua itu akan lebih bermanfaat, tak hanya kita yang senang tapi orang lain juga ikut senang.

Maka, mulai sekarang mari kita sadarkan diri kita masing-masing. Janganlah bersenang-senang diatas penderitaan orang lain. Jika kita belum bisa memberi paling tidak kita tak menyusahkan orang lain.

Mari bersyukur, mari berbagi, mari tersenyum bersama 🙂 🙂 🙂

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.