Weekend kali ini saya menyempatkan diri untuk berlibur ke Pulau Dewata. Pulau dengan sejuta pura. Liburan yang sebenarnya bukan liburan (usap keringat di jidat) karena saya harus ngumpet alias diam-diam jangan sampai ketahuan bos. Sebenarnya saya ada dinas di kantor namun karena ‘mumpung’ masih ada kesempatan merantau di Lombok yang dekat dengan Bali akhirnya menyempatkan diri ‘mampir’.
Awalnya saya belum mengenal tentang desa wisata Panglipuran ini. Tetiba waktu kami (saya dan Raras) otw ke salah satu tempat wisata dia kasih tau kalau ada desa wisata bangus. Banyak bunga katanya. Saya yang memang dasarnya flowers addict akhirnya memutuskan untuk singgah terlebih dahulu di Desa Wisata Panglipuran untuk selanjutnya melanjutkan ke tempat wisata lain.
Menurut masyarakat sekitar, kata penglipuran diambil dari kata Pengeling Pura yang memiliki makna tempat suci yang ditujukan untuk mengenang para leluhur. Membahas tentang leluhur, ternyata masyarakat yang tinggal di desa ini sangat menjunjung tinggi amanat dari para leluhur mereka. Terbukti dari terbentuknya desa penglipuran yang sangat mengutamakan kerukunan ini. Ciri khas yang sangat menonjol dari desa ini adalah arsitektur bangunan tradisional di desa ini rata-rata memiliki arsitektur yang sama persis dari ujung desa ke ujung lainnya.
Keunikan ini membuat desa penglipuran sangat indah dengan kesimetrisan yang amat tertata rapi antara 1 rumah dengan rumah lainnya. Pintu gerbang di setiap rumah saling berhadapan satu sama lain yang hanya di batasi oleh jalan utama kecil di tengahnya. Pintu gerbang ini disebut dengan Angkul-angkul (Pintu gerbang khas bali) yang juga memiliki arsitektur sama dengan angkul-angkul setiap rumah di desa ini. Jalan utama yang ada di desa penglipuran mengarah pada bagian utama desa yang berada di puncak paling tinggi.
Pertama anda memasuki kawasan desa ini, anda akan disuguhkan suasana yang amat sejuk dan segar, itu karena kawasan ini berada 700 meter diatas permukaan air laut. Selain karena itu, desa ini sejuk dikarenakan tidak ditemukannya polusi yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor di kawasan desa penglipuran. Luas keseluruhan desa ini sekitar 112 Hektar, tidak terlalu lelah jika anda menelusuri desa ini dengan berjalan kaki sambil menikmati keindahan sekeliling desa penglipuran.
Di sekitar pintu gerbang masuk desa terdapat area yang dinamakan catus pata yang merupakan area yang terdiri dari balai desa, fasilitas masyarakat, dan ruang terbuka hijau berupa taman nan asri
3 thoughts on “Hunting Some Flowers In Panglipuran Bali”