Jadi hari Jumat kemarin merupakan hari terakhir kami kuliah tambahan di minggu tenang sebelum UAS. Saat jalan keluar kelas bersama teman2 taruni sambil becanda mereka bertanya. M mereka, A April.
M : Pril lu sariawan ya kok diam aja..
A : Aduhhh iyaa nih banyak bgt obatin pke apa yaa.
M : Kenapa sihh
A : Gpp, ini sariawan emang bikin susah ngomong, wkk
…………. (pengalihan ke debat capres kemarin malam)
Katanya diam itu emas. Bisa jadi iya, tapi bisa juga tidak. Tergantung situasi dan kondisi. Namun untuk kondisi saat ini saya fikir mungkin lebih dari emas, tapi berlian.
Pertama
Ketika dua atau beberapa golongan manusia memunyai pemikiran yang berbeda. Keduanya keras kepala tidak ada yang mau mengalah dan keukeh dg pemikiran masing-masing. Mulai saat ini saya lebih memilih diam dan mengalah mengikuti alur yang ada. Yaudah gitu,, mengalah bukan berarti kalahkan? Dan saya lebih memilih diam untuk menghindari perdebatan yang pada akhirnya tidak ada ujungnya. Dalam diam saya cukup berusaha membuktikan supaya pemikiran saya bisa diterima.
Kedua
Menghindari bahasan tertentu. Karena jika saya menanggapi terlalu serius bisa jadi bahasan semakin melebar. Jadi saya memilih cukup memberi respon iya, tidak, gpp, im fine sambil senyum nyengir atau dengan mengalihkan pembicaraan dan becandaan. Atau saya memilih diam dan tetap mendengarkan dia berbicara tapi ini sepertinya terlalu jahat hehee.
Ketiga
Saya ingin melupakan sesuatu yang seharusnya tidak saya pikirkan atau tidak relevan lagi. Ah apa ya istilahnya. Terkadang sulit dan memang sulit sih hehee. Jika saya sedikit diam dan menghindar dengan yang setiap hari ketemu bukan berarti saya benar-benar ingin menjauh. Tidak sama sekali. Hanya saja saya tidak ingin hal yang ingin saya lupakan tidak muncul kembali. Yahhh butuh waktu sih.
Keempat
Efek kajian kali ya. Jadi semenjak beberapa bulan ini rutin kajian berasa saya selalu terinspirasi dengan teman-teman saya disana. Mereka muslimah yang anggun hijabnya pun tutur katanya. Halus sekali bicaranya. Hal ini menginspirasi saya klo mereka bisa kenapa saya tidak. Yang biasanya saya tertawa terbahak-bahak saya mencoba supaya ga perlu tertawa berlebihan. Yang awalnya keras kepala memertahankan pendapat hingga berdebat, saat ini saya lebih memilih mengalah. Mengalah bukan berarti kalah namun menang secara elegan. Saya memilih diam ketika saya kesal atau emosi. I dont know tapi semua itu ngalir begitu saja.
.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)l