Kajian Yuk Modis || The Rise of Rebahan

Bismillah

Assalamu’alaikum akhwat fillah, muslimah produktif yang bukan baperan tapi siap berperan, bukan rebahan tapi siap bawa perubahan 😎

Alhamdulillah, bersyukur kita kepada Allah. Sang Maha Cinta yang selalu menebar kasih sayang-Nya melalui nikmat-nikmat yang diturunkan ke bumi. Sang Sutradara Kehidupan yang gugurnya selembar daun pun sudah direncanakan-Nya. Termasuk rencana Allah mempertemukan kita di room chat Modis kali ini. Ada banyak orang yang mendapat broadcast info tentang Modis, namun hanya kita yang dipilih awal untuk berada di room chat ini. Hal ini menunjukkan ada pesan cinta dari Allah untuk kita yang sudah dipilih. Semoga kita bisa menangkap pesan cinta tersebut bersama-sama 😇

Jazakumullahu khairan katsiran kepada Kemuslimahan FSI Ulul Albab yang telah menjadi fasilitator kebaikan dengan mengadakan Modis ini. Kemuslimahan FSI Ulul Albab termasuk lembaga yang cepat beradaptasi di tengah pandemi ini. Ada atau tidak adanya Covid-19, syiar Islam tetap mereka jalankan. Bukan mengeluh namun tampil dengan solusi Modis agar bisa menemani kondisi #dirumahaja. Barakallah 😇

Bershalawat kita kepada Rasulullah SAW. Tauladan umat yang menjadi rujukan utama ketika ingin melihat contoh nyata penerapan Al-Qur’an, Kalam Allah. Seorang yang totalitas dalam segala bidang karena ingin menunjukkan seperti itulah seharusnya seorang hamba Allah yang diberi tugas beribadah dan menjadi khalifah di bumi-Nya. Seorang yang qiyamul lailnya sampai menyebabkan kaki bengkak, “Tidak boleh kah aku menjadi hamba yang beryukur?”, begitulah kiranya ketika ia ditanya Aisyah mengapa mau sebegitunya dalam beribadah. Itulah bentuk syukur teladan terbaik atas segala karunia-Nya. Semoga kita termasuk umatnya yang senantiasa dimudahkan Allah menjalankan sunnah-sunnah Rasul

Salam takzim dan sayang Ami kepada kaka-kaka, teman-teman semua. Jika nanti ada hal yang keliru atau ada penambahan atas apa yang Ami bagikan, silahkan nanti disampaikan, Ami mohon tegurannya 🙏🏻

The Rise of Rebahan

Kondisi #dirumahaja nampaknya membuat sebagian dari kita gagal move on dari rebahan. Karena mindsetnya: rumah adalah tempat istirahat, “aku baru bisa ngerjakan tugas ketika di perpus, kalau di kos pasti bawaannya mau tidur”. Bagi yang masih menganut pernyataan tersebut, maka harus segera diatur ulang mindsetnya. Mulai tanamkan pada pikiran kita kalau rumah adalah tempat produktif, aku bisa menyelesaikan tugas kuliah dengan baik saat di kos. Kalau perlu ubah setting kamar kos dengan tata ruang baru. Jauhkan jarak kasur dengan tempat kita belajar. Ketika ingin produktif, bukankah salah satu ciri orang beriman adalah lambungnya jauh dari tempat tidur (As-Sajadah:16)

Pengen ga si teman-teman menjadi seorang yang produktif? Yang setiap harinya selalu ada hal bermanfaat yang dikerjakan?

Untuk menjadi produktif, resign dari kaum rebahan, hal pertama yang perlu kita lakukan adalah mencari alasan yang kuat kenapa kita harus produktif? Cari sebanyak-banyaknya alasan yang membuat diri kita tidak bisa memilih kecuali harus menjadi produktif!

Alasan tersebut kemudian diafirmasi. Singkatnya, afirmasi adalah upaya menjadikan alasan-alasan yang sudah kita miliki tersebut masuk ke dalam pikiran bawah sadar. Tulis alasan tersebut, baca berulang-ulang, jadikan walpaper laptop-handphone, tempel di pintu kulkas, taruh tulisan tersebut di tempat-tempat yang sering kita lewati. Lama-kelamaan alasan tersebut terinternalisasi ke diri kita. Dan ketika tidak semangat, alasan tersebut langsung muncul menjadi bahan bakar untuk menjadi produktif kembali

Alasan yang kuat ini tergantung dari keadaan tiap individu. Cari alasan yang relate dengan diri kita.

Misal kita masih punya orang tua, pengen ga si membahagiakan mereka? atau membuat mereka tersenyum meskipun sudah tiada karena anaknya rajin beramal-beribadah yang secara tidak langsung juga berdampak bagi orang tua? Karena anaknya produktif menebar manfaat bagi orang sekitar

Juga misal bagi yang kuliah dibiayai orang tua, ketika kita tidak produktif, menunda-nunda ngerjain skripsi, bagaimana kalau dampaknya tahun kuliah kita overload, orang tua harus mengeluarkan uang lagi untuk UKT kita.

Agar mudah membuat kita sadar dengan perjuangan orang tua, mungkin kita bisa sering-sering menjenguk, melihat mereka bekerja siang-malam. Atau bagi yang terbatas bertemu langsung, sering-sering berkomunikasi dengan mereka, menanyakan apa aja yang sudah dilakukan hari ini

Bagi yang cinta Indonesia (semua wajib cinta ya dengan bangsa kita sendiri :D), ironis melihat kaum muda kerjaannya hanya nangkap ayam dan sapi, atau sedih ketika ada yang milih menyelamatkan ekonomi dibanding manusia (rakyat( di tengah wabah virus

Kalau benar apa yang kita rasakan di atas, saatnya kita sebagai generasi muda ambil bagian! 2030 adalah puncak bonus demografi di Indonesia. Kalau usia umur produktif masih lebih sering main bingo, maraton drakor, dibanding baca buku, membuat suatu karya, bagaimana nanti Indonesia bisa menikmati bonus demografi? Justru akan menjadi boomerang karena banyak penduduk umur produktif namun tidak produktif, menjadi beban negara

Sebagai muslimah, insyaaAllah nantinya kita akan melahirkan generasi baru. Generasi yang harus lebih baik dari kita. Generasi yang siap mengisi peradaban Islam. Karena Rasul sudah bilang kalau kejayaan Islam adalah akhir kehidupan di bumi. Kita yang belum bertemu kejayaan tersebut, tugasnya adalah menyiapkan generasi terbaik. Jangan sampaikan kita meninggalkan generasi di belakang kita dalam keadaan lemah, bucin dunia dan tidak takut dengan Allah.

Sebagai individu, kita juga adalah batu-bata peradaban. Suksesnya bangsa adalah akumulasi dari suksesnya individu. Berkualitasnya suatu peradaban adalah akumulasi dari individu yang berkualitas. Maka harapannya tidak ada yang berpikir bahwa “ini aku, ini urusan aku, aku pergaulan bebas-minum alkohol juga urusan ku, aku sendiri yang menanggung dampaknya”, no yaa, walau bagaimana pun, kita adalah batu-batu, kualitas kita akan menentukan batu-bata di bawahnya

Banyak alasan lain lagi yang bisa kita urai, namun hendaknya, alasan terpenting yang harus kita miliki adalah bersandar pada Zat yang kekal, Lillah (karena Allah)

Kita adalah hamba Allah yang ditugaskan untuk beribadah dan menjadi khalifah di bumi. Suatu tugas yang menuntut produktivitas. Islam mengajarkan kita untuk tidak ada celah dalam bersantai berlarut-larut. Kala selesai suatu urusan, langsung, tanpa jeda, tanpa update status dulu, langsung ngerjakan pekerjaan yang lain (94:7)

Masa muda juga mempunyai bab khusus di LPJ hari akhir, dalam penggalan riwayat hadits Tirmidzi disebutkan tidak bergeser kaki seorang hamba di hari kiamat kecuali ditanya tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan?

Untuk aktif di organisasi, berprestasi di perkuliahan, menebar manfaat di kegiatan kemanusiaan atau tercap dengan kaum rebahan?

Ketika alasannya Ilallah, kita sudah tidak punya alasan lain lagi kecuali untuk produktif, produktif tanpa batas, selalu berjalan di bumi-Nya mengukir amal-amal terbaik untuk dipersembahkan di akhirat kelak

Apa saja yang bisa kita lakukan untuk menjadi produktif?

Pertama dan yang paling utama adalah minta sama Allah. Minta agar Allah menjadikan kita insan yang produktif. Kita produktif bukan karena kita yang hebat, kita yang mampu, namun karena Allah yang izinkan. Maka teruslah memohon kepadanya dan dibarengi dengan ikhtiar

Selanjutnya adalah membuat perencanaan dan jangan lupa wajibun untuk dieksekusi

“Gagal merencanakan adalah merencanakan kegagalan”.

Lalu manajemen nafsu, tenaga, dan waktu

Manajemen nafsu cukup penting untuk mengontrol kita agar tetap on the track. Agar bisa disiplin mengeksekusi apa yang sudah direncanakan. Jangan sampai kita sudah membuat to do list hari ini, namun yang dikerjakan adalah scrolling timeline, maraton snapgram.

Manajemen tenaga juga penting karena kita memiliki limit. Tidak bisa menggunakan 24 jam full. Tubuh kita memiliki hak untuk istirahat. Prioritaskan pekerjaan penting di pagi hari. Jikapun harus mengerjakan di malam hari, pastikan kita sudah ngecharge tubuh agar tetap prima.

Dan manajemen waktu adalah tentang bagaimana kita mengatur waktu yang sudah Allah berikan untuk dimanfaatkan sebaik mungkin melalui perencanaan, manajemen nafsu, dan tenaga. Kita kupas lebih detail tentang perencanaan setelah ini

Menjadi Produktif berarti harus menjadi pribadi yang positif

Pribadi yang positif memiliki kelapangan hati dan ketenangan pikiran yang membuat dia bisa fokus dan produktif. Selalu tanamkan tentang sifat husnudzon kepada Allah, bahwa rencana Allah adalah jauuh lebih baik dari apa yang kita keluhkan. Namun memahami takdir dari Allah bukan berarti kita jadi ga mau merencanakan, “toh takdir dari Allah berlainan dari apa yang sudah susah-susah aku planning”, no yaa girls, merencanakan segala target hidup kita, ikhtiar mewujudkannya, adalah bentuk advokasi kita kepada Allah, dan takdir adalah ujung usaha kita.

Tanamkan sifat sabar dan syukur dalam menjalani setiap anak tangga kehidupan. Bersabar ketika Allah uji. Bersyukur ketika mendapat nikmat.

Pribadi yang positif lahir dari apa yang kita input ke diri kita. Follow influencer dengan gaya hidup Islami dan selalu optimis, baca buku orang-orang keren versi Islam. Lingkungan yang positif akan meudah membuat kita menjadi pribadi yang positif. Jangan biarkan diri kita lebih sering terpapar dengan input negatif, termasuk ketika kita mengucapkan pada diri sendiri tentang mengeluh, tidak bisa. Kita kurang-kurangin hal negatif seperti itu. Mengeluh boleh, tapi mengeluhlah pada Zat yang mampu memberikan solusi terbaik, minimal solusi berupa hati yang lapang atas apa yang sedang dikeluhkan

Selanjutnya adalah amal yaumi. Ini penting banget menurut Ami. Amalan harian akan menentukan kualitas hari yang kita jalani, dari tahajjudnya, sholat ontime, sholat dhuha, dzikir pagi-petang, membaca Qur’an, dll. Dalam produktivitas tidak hanya tentang fisik, tenaga kita, tapi juga kekuatan ruhiyah karena bisa mampu melawan lelahnya fisik

Meskipun ruhiyah mampu melawan lelahnya fisik. Kita juga tidak boleh lupa dengan sunnatullah untuk menjaga kesehatan. Memiliki gaya hidup sehat adalah ciri seorang muslim sejati. Dimulai dari makanan yang halal dan thayyib (bergizi seimbang) hingga olahraga juga penting. Terlebih seorang Muslimah, maka harus sehat dan bugar agar tidak cepat lelah dalam melakukan rutinitasnya yang cukup padat.

Menjadi produktif adalah pilihan.

Tidak iri kah kita dengan Asma binti Abu Bakar yang meskipun sedang mengandung (Abdullah), namun tetap produktif membantu dakwah Islam dengan membawakan makanan bagi Rasulullah dan ayahnya (Abu Bakar) yang sedang bersembunyi di Gua Tsur saat hendak berhijrah ke Madinah. Jalan yang ditempuh Gus Tsur cukup menantang, tidak rata dan jauh, ditambah lagi Asma melakukan hal tersebut di tengah kesunyian malam.

Juga seperti Ummu Umarah, yang di usia lebih dari 60 tahun namun tetap ikut berjihad di perang Yamamah melawan pasukan Musailamah Al Kadzdzab. Dalam perang ini ia mendapatkan 11 luka dan tangannya terpotong.

Hal ini menggambarkan bagaimana produktivitas terbentuk karena kekuatan ruhiyah dan jasadiyah.

Kita lanjut pada bagian teknis ya untuk menjadi produktif

Ami coba share apa yang pernah dilakukan. Dan bentuk ini silahkan dimodifikasi menyesuaikan teman-teman. Karena proses aplikasi akan jauh lebih mudah dan di kembalikan ke masing-masing individu ketika urgensi tentang produktivitas sudah kita pahami dengan baik

Pertama adalah membuat rencana hidup kita. Kita perkirakan sampai 60 tahun. Silahkan untuk membuat target, kira-kira umur 25 kita mau jadi apa, umur 40 kita mau ngapain. Dan pastikan setiap target tersebut sudah memiliki alasan kuat agar tidak ada lagi alasan kita untuk tidak mencapainya

Jika masih bingung, tuliskan apa yang sudah tergambar di pikiran saja, seiring berjalannya waktu, nanti isi yang masih kosong

Rencana kehidupan kita dipersempit agar bisa fokus, dimulai dari rencana 5 tahun, rencana tahunan, rencana bulanan, hingga harian

Dan jangan lupa, tujuan terbesar hidup kita adalah Cinta Allah, Ridho Allah, yang semoga diperkenankan menjadi penduduk Surga

Sekian dari Ami. Saya kembalikan ke moderator 🙏🏻

Kak apakah salah ya , kalau kita tidak bisa membuat plan dengan baik?, dan yang aku alami kalau aku buat planning hanya rajin membuatnya saja, untuk menjalankan planningnya terkadang masih susah dalam merealisasikan, untuk solusinya gimana ya kak ?

Halo Hamidah, terima kasih atas pertanyaannya

Prinsipnya kita ubah sedikit, sebenarnya tidak ada yang tidak bisa, namun hanya karena belum bisa hingga belum terbiasa. Rajin membuat rencana merupakan skill yang perlu kita syukuri, ia menjadi modal awal dalam produktivitas. Produktif (termasuk membuat perencanaan dan eksekusi) merupakan sebuah skill yang harus dilatih. Tidak ada yang langsung menguasai skill secara instan. Maka tidak ada yang salah ketika kita belum bisa membuat plan dengan baik. Kita hanya perlu waktu dengan berdoa dan ikhtiar agar Allah mudahkan untuk mengeksekusi rencana.

Ikhtiarnya yang pertama adalah melakukan evaluasi. Evaluasi kenapa masih susah merealisasikan rencana yang telah dibuat. Apakah karena alasannya yang masih belum kuat, maka coba refresh lagi alasannya. Apakah terpengaruh dari lingkungan sekitar kita yang mudah membuat distraksi, maka minimalisir distraksi tersebut. Dan juga evaluasi bagaimana hubungan kita dengan Allah: apakah amal yauminya menurun, apakah sholatnya masih khusyu’.

Atau alasan teknis mungkin karena kita terlalu bersemangat dalam membuat jadwal hingga cukup banyak to do list yang dimasukkan. Kita evaluasi kira-kira kemampuan diri kita sampai mana, sehari itu kira-kira kita sanggup ngerjakan berapa tugas kuliah, kita sanggup berapa lembar baca buku. Lakukan evaluasi secara rutin dan dicatat, agar kita bisa mengenali diri kita sendiri berdasarkan track record.

Mulai benahi apa yang sudah dievaluasi. Atur ulang rencana. Perencanaan yang telah kita buat masih bisa direvisi. Pelan-pelan kita atur kembali.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..
Bismillah, kak perkenalkan saya Nela Siti Sundari yg ikut kajian bersama Kak Rahmiyati di grup. Izin bertanya, tadi ada beberapa cara agar kita bisa menjadi muslimah yang produktif. Salah satunya yaitu Manajemen nafsu. Nah yang ingin saya tanyakan, gimana sih cara kita untuk bisa mengatur nafsu kita agar planning yang sudah kita buat itu tidak putus di tengah jalan? Intinya agar kita bisa disiplin untuk mengeksikusi apa yang sudah kita rencanakan🙏
Terimakasih Kak☺️

Halo Nela, terima kasih Nela atas pertanyaannya

Ketika kita ingin pandai memanajemen nafsu, berarti kita harus mengetahui ilmu tentang nafsu. Ketika kita ingin pandai bersikap dengan manusia, kita harus memiliki ilmu tentang manusia. Ketika kita ingin pandai merawat anak, kita harus mengetahui ilmu parenting.

Salah satu sifat nafsu adalah senang dengan hal yang mudah, happy happy, santai, yang enak-enak. Maka kalau kita ingin mengontrolnya, kita coba berlatih untuk mengurangi hal yang happy happy, yang enak-enak. Ketika ada pilihan ngerjakan tugas atau ngeyutup, kita paksa diri kita untuk milih ngerjakan tugas. Awal-awalnya dipaksa, meskipun diri merasa berat, terus kita latih jangan sampai menyerah dengan diri sendiri, nanti lama kelamaan akan menjadi sebuah kebiasaan untuk mengontrol nafsu. Dan yang paling utama, seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya, kita tidak bisa mengontrolnya sendiri, mengandalkan diri sendiri, kita minta pertolongan Allah.

Untuk bisa disiplin mengeksekusi mungkin sama ya jawabannya dengan pertanyaan pertama, evaluasi. Disiplin harus kita latih agar bisa menjadi kebiasaan. Suatu perilaku, skill, memerlukan waktu untuk berubah menjadi kebiasaan. Kita hanya perlu waktu, bersabar, berdoa, dan ikhtiar maksimal.

Berikut adalah pertanyaan dari Neta

Kak ada masa di mana manusia tuh futur/lemah iman, rasanya saat itu pengen tiduran aja karna sebelum nya udah bercapek capek tiap harinya. Gimana agar kita gak keseringan seperti itu kak? Lalu adakah hal yang membangkitkan kaka ketika masa futur itu datang kak?

Hai Neta, terima kasih atas pertanyaannya

Futur adalah hal yang biasa dialami. Kalau kita jatuh, bangkit lagi. Seberapa seringnya kita jatuh adalah tidak mengapa, yang Allah cintai adalah kita tidak lelah untuk bangkit lagi. Yang penting bangkit lagi. Lakukan evaluasi. Jika evaluasinya adalah karena terlalu banyak beban yang menumpuk di awal, maka kita coba atur kembali agar beban tersebut bisa dimanage. Seperti jawaban pada pertanyaan pertama, karena biasanya kita semangat bgt di awal, namun kita juga harus aware dengan kapasitas kita. Jika itu beban yang bisa didelegasikan, coba minta tolong kepada yang lain. Hal ini berkaitan dengan manajemen energi.

Yang menarik juga, energi tidak hanya berasal dari fisik, namun cek bagaimana emosi kita (emosi negatif akan mengambil lebih banyak energi dari tubuh kita), bagaimana kedekatan kita pada Allah.

Gimana agar tidak keseringan?
Rutin melakukan evaluasi, muhasabah, mencari pertemanan yang menjadi the best support system bagi kita, mengikuti kajian. Ini juga cara yang bisa dilakukan ketika futur tiba. Lingkungan yang kondusif, teman-teman shalihah sangat membantu kita untuk bangkit dari kefuturan dan kembali “narik” kita agar tetap istiqomah.

Allah itu keren. Dia sudah sediakan beragam supposrt system agar kita bisa istiqomah. Tinggal kita menemukan support system itu

Advertisement

One thought on “Kajian Yuk Modis || The Rise of Rebahan

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.